Belum lama ini salah satu bank asal Negeri Paman Sam, Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan bangkrut. Dan kemudian diambil alih regulator. Hal ini tentu mengagetkan banyak pihak karena menjadi sejarah baru.

Menjadi kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat pasca krisis keuangan 2008 silam. SVB hadir sejak 1983 dan lebih dikenal sebagai spesialis pembiayaan untuk perusahaan rintisan teknologi yang lebih dikenal sebagai startup.
Berdasar catatan, SVB menggelontorkan dana hampir setengah untuk perusahaan berbasis teknologi. Sebelum dinyatakan bangkrut mereka termasuk salah satu yang terbaik dari 20 bank komersil di AS.
Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan AS, pada akhir tahun lalu mereka mencatatkan aset hingga $209 miliar (Rp 3.258 triliun).
Baca juga: Cara Menabung Emas di Pegadaian
Dugaan Penyebab Runtuhnya Silicon Valley Bank
Mengutip dari CNN, dugaan awal SVB bangkrut lebih pada rush money atau tarik tunai di bank secara serempak dalam jumlah besar. Hal ini tentu mengakibatkan bank mengalami kekosongan.
Selain itu ambruknya bank ini juga sebagai dampak dari adanya kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, selaku regulator. Dalam hal ini ada The Federal Reserve yang menaikkan suku bunga sejak tahun lalu. Tujuan kenaikan bunga ini lebih pada cara menekan inflasi yang terus naik.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah melemahkan momentum kenaikan saham teknologi. Diakui atau tidak, faktor ketiga ini adalah salah satu penyokong keuntungan bagi SVB.
Suku bunga tinggi menyebabkan menurunnya nilai obligasi jangka panjang. Tidak saja bagi SVB tapi juga bagi bank-bank pada umumnya.
Tanda-tanda keruntuhan itu kian nyata terlihat sejak Rabu (8/3) dimana SVB mengumumkan telah menjual surat berharga meski dalam kondisi rugi. Kegiatan ini terus berjalan dan tidak bisa dihentikan.
Tidak perlu waktu lama, banyak perusahaan modal ventura utama mulai panik. Mereka pun mengamankan aset dengan cara melakukan penarikan dana yang ada.
Kamis (9/3) saham SVB anjlok, tak hanya itu saja tapi juga berdampak bagi bank lain. Diduga banyak investor mulai ketakutan akan terjadi krisis layaknya tahun 2008 silam.
Jumat, (10/3) penjualan saham SVB dihentikan dan diambil alih regulator California. Tidak berhenti disitu tapi juga menutup bank menempatkan dalam kurator di bawah pengawasan Federal Deposit Insurance Corporation.
Dampak yang Mungkin Terjadi
Runtuhnya SVB bisa jadi tidak akan berpengaruh terhadap bank besar. Namun demikian tetap bisa berpengaruh pada bank kecil terutama yang ada kaitan secara langsung dengan SVB.
Hal ini diutarakan kepala ekonom Moody’s Mark Zandi, dimana menurutnya hal ini tidak terlalu menjadi ancaman bagi sistem uang lebih luas.